• Home
AndilineTheaPranasari's project. Do not copy without any permission. Powered by Blogger.
facebook twitter instagram Email

carpe diem

when life gives you lemon, suck it anyway.















Location: Benteng Pendem, Ambarawa
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Went to Cambodia last week, stay over night at Phnom Penh and after that move to Siem Reap. That was a great trip because I never went overseas without my parents before. That's just only me, and some other 'stranger' hahaha :D But even though I go with 'old stranger', that's make me feel comfortable.. Having a quality time with them, laugh, and many other. They were my 'second parents' for me..

I also got a bunch experience there. The best is Cambodianesse's spirit. They have a big spirit to be better, even in the hardest situation. They influence me, they give me motivation and I need to change!
I also met many new friends there, good friends of course. They were very kind and very excited when they knew that I came from Indonesia. And until know, I still keep in touch with them :)

I feel like I want to get back. Spend my night in the night market, chat with Jessie, Tengtong, Reaksmeyk, eat the Cambodia traditional food, talk with Sophal, drink coffee at the coffee shop, walk around the hotel, and many others. I don't know why, it's just my unforgetable experience, unforgetable moment.. I miss Cambodia so much :') Oya, fyi, when I go there, the temperature is about 36 degree and that was so damn hot! There's no rain like in Indonesia.. That's why my skin is more tan now hahaha :D

















































picture courtesy: Fikri; Pak Sugiyarto
spot: Garuda Airlines; Phnom Penh International Airport; Angkor Holiday Hotel; 10 January 1979 Senior Highschool; Indonesia Embassy in Cambodia; Angkor Secondary School; Hun Sen High School; Floating Village; Angkor Wat; Angkor Tom; Killing Field; B.B.Q Suki Restaurant; Campey Restaurant; Lucky Mart; Sam Dakh Euv High School; Day Market
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Ada dua jenis bunga, bunga segar dan bunga palsu. Bunga segar itu indah, wangi, warnanya cerah, tapi tidak tahan lama, cepat busuk, setelah itu tinggal dibuang. Sedangkan bunga palsu, sama-sama indah namun tidak beraroma, warnanya pun tidak secerah bunga segar. Tapi, bunga palsu tahan lama, bisa dipakai dalam jangka waktu panjang, dan tergolong murah sehingga dapat menghemat biaya.

Kalau disuruh memilih, gue bingung. Ya, gue bingung. Depends on situation banget.. Apalagi kalau filosofi bunga ini dikaitkan dengan cinta. Cinta seperti bunga segar, atau cinta yang seperti bunga palsu?
Cinta yang seperti bunga segar berarti cinta yang segar, ceria, wangi, penuh warna, tapi cepat busuk, namun cinta itu tulus, asli. Dan cinta yang seperti bunga palsu adalah cinta yang sedikit lebih kusam, tidak beraroma, tapi awet, dan tentu saja, palsu.

Cinta dan bunga benar-benar nggak bisa disandingkan menjadi sebuah filosofi memang, karena setiap orang pasti ingin memiliki kisah cinta yang wangi, cerah, segar, tulus sekaligus tahan lama. Gue juga salah kenapa menyandingkan cinta dan bunga sebagai sebuah filosofi padahal sama sekali nggak nyambung, nggak bisa.

Tapi gue punya alasan. Cinta itu identik dengan bunga. Biasanya, cowok ngasih ceweknya bunga sebagai kado ulang tahun, atau kado perayaan hari kasih sayang. Dan mayoritas pasti ngasih bunga segar. Kelihatan indah memang, tapi para cewek nggak sadar, dibalik keindahan itu, bunga yang dikasih cowoknya itu nggak lama kemudian bakal busuk. Tapi kalau cowok mau ngasih bunga palsu, sama aja, serba salah. Filosofi serba salah. Filosofi yang bikin mati gaya.

Intinya, bukan masalah filosofi ini, bukan masalah bunga segara gampang busuk dan bunga palsu tahan lama. Tapi, bagaimana kita menyikapinya. Bagaimana cara kita memahami cinta. Bagaimana kita berusaha supaya cinta kita buat orang lain itu nggak palsu, tapi juga tahan lama. Dan satu lagi pesen gue, buat para cewek, jangan jadi negative thinking ya waktu dikasih bunga sama cowoknya. Jangan jadikan filosofi diatas tadi sebagai latar belakang, dan akhirnya kalian menolak pemberian dari cowok kalian. Jangan banget. Gue juga nulisnya juga kurang kerjaan sih, hanya sebagai pelampiasan rasa penasaran dan sedikit pemikiran hehehe :p

Satu lagi, semoga setiap kalian yang baca, yang udah punya pacar, semoga cinta kalian sama pacar kalian segar, cerah, wangi, awet, dan nggak palsu :)
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Guru Biologi gue sering banget menyangkutkan pelajaran Biologi dengan nilai moral sehari-hari. Pertama kali sih gue males dengernya. Tapi setelah dipikir-pikir, gue malah dapet banyak pelajaran dari situ.

Yang paling gue favoritin adalah perumpamaan tentang seleksi alam. Sebut aja kita sebagai binatang, temen-temen kita sebagai saingan kita, dan naik kelas itu adalah salah satu bentuk seleksi alam. Kita harus berjuang demi kelangsungan hidup kita. Nah, gimana cara kita biar ikut terseleksi? Ya dengan berjuang dapet nilai bagus, saingan sama temen-temen kita. Kalo kita nggak bisa dapet nilai bagus, kita tereliminasi dan akhirnya kita nggak dapet apa-apa..

Guru itu emang paling jago bikin filosofi. Menurut gue, lebih banyak pelajaran moral yang dikasih daripada ilmu pengetahuan. Mungkin karena mereka juga udah lama menjalani hidup di dunia yang penuh warna ini yah.. Dulu waktu gue SD dan SMP gue nggak begitu merhatiin karena gue belum ngerti apa-apa. Tapi sekarang ini, gue udah bisa mengambil poin penting yang tersirat disitu, dan akan selalu gue ingat-ingat.

Oiya, gue juga punya satu quote yang bagus (walaupun yang punya quote ini adalah guru yang paling nyebelin): Orang yang tidak bisa mengendalikan emosi berarti orang bodoh, karena mereka tidak tau bagaimana menyelesaikan masalah mereka.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Cara pikir setiap orang ga harus sama kan? Dan bisa-bisanya gue bilang orang lain itu egois kalo mereka ga sepikiran sama gue? Bodoh.
Sering banget gue berpikiran kayak apa yang gue bilang diatas. Gue terlalu sering bilang orang lain egois karena mereka ga sepikiran sama gue. Awalnya, gue akan nyaman berada dideket seseorang -misalnya temen. Gue akan selalu berada dideket dia, sesering mungkin. Tapi ketika gue sadar kalau jalan pikiran kita berbeda, tujuan kita berbeda, cara pandang kita berbeda, gue akan pelan-pelan menjauh dari temen gue itu, jutekin dia, dan akhirnya bener-bener ga komunikasi lagi. Ya, itu gue.

Tapi, apa yang gue lakukan itu bener? Tentu saja tidak. Kenapa? Karena setiap orang memang memiliki cara pandangnya masing-masing. Jelas gue ga bisa ngatur semua orang biar mereka punya visi yang sama kayak gue. That's trully impossible.
Ada kalanya orang akan teguh pada pendiriannya sendiri, menyimpan masalah pribadi mereka sendiri -atau hanya dishare kepada orang yang mereka percaya- dan gue tidak tau itu. Itu jelas boleh, hak asasi. Ada banyak hal yang mungkin memang seharusnya tidak gue mengerti. Tapi, setiap gue ga tau sesuatu tentang temen gue dan temen gue yang lain tau, rasanya gue kecewa. Bukan kecewa karena gue ga tau sendiri, tapi kecewa sama diri gue sendiri karena ternyata gue belum cukup bisa dipercaya untuk menjaga rahasia orang lain. Manusiawi ya? Banget.

Tapi, walaupun itu manusiawi, itu ga baik dipelihara lama-lama dalam kehidupan kita. Karena dengan berpikiran kayak gitu, kita sama aja egois kan. Kita ga sadar, ga peka sama diri kita sendiri, kalau ternyata kita memang belum pantas dipercaya sama orang lain, kita memang belum bisa diberi sebuah rahasia -walaupun rahasia kecil- yang memang penting bagi hidup orang itu. 

Dan ketika gue bisa menulis postingan ini, harusnya gue bisa berubah. Gue bisa melakukan apa yang gue bilang disini, bukan cuma ngomong, tapi juga melakukan.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Gue jadi keinget ketika seseorang bercerita ke gue..
Dia: "Kamu tau perbedaan cewek dan cowok?"

Gue: "Banyak sih, tapi aku gatau yg kamu maksud.. Emang apa?"

Dia: "Ini tentang perbedaan pola pikir cewek dan cowok.."

Gue: "So....?"

Dia: "Cowok, otaknya dibagi jadi beberapa bagian, kayak dikasih rak. Dia akan memisah-misahkan masalah pekerjaan, cinta, pertemanan, dan masalah pribadinya. Tapi kalo cewek, mereka cuma punya satu ruang diotaknya, dan segala hal kecampur jadi satu. Itu yang menyebabkan cewek lebih sensitif.."

Gue: "........"

Dia: " Kok diem? Ngerti kan aku ngomong apa?"

Gue: "Ngerti lah.. Enak aja......"

Gue: "Kamu bener...."

Yeah, he's right.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About Me

Andiline Thea Pranasari.
Central Java, Indonesia.

Ambitious procrastinator who always try to gain better everyday. She has plenty random deep-thoughts, that's why she writes. Sometimes.

Categories

Thoughts Travel Event Japan Student Exchange Photography South Korea Thailand

recent posts

Blog Archive

  • July 2021 (1)
  • September 2020 (1)
  • June 2020 (1)
  • November 2019 (1)
  • May 2019 (1)
  • January 2019 (2)
  • November 2018 (1)
  • July 2018 (2)
  • January 2018 (1)
  • October 2017 (2)
  • September 2017 (2)
  • January 2017 (1)
  • June 2016 (2)
  • April 2016 (1)
  • November 2015 (1)
  • December 2014 (1)
  • September 2014 (1)
  • August 2013 (2)
  • March 2013 (1)
  • March 2012 (2)
  • September 2011 (2)
  • April 2011 (2)
  • February 2011 (1)

Followers

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates