Bertumpu pada satu keyakinan bahwa cuaca yang baik tidak boleh dilewatkan dengan berdiam di rumah, serta perjumpaan kembali dengan teman sepelarian, kami berlima menempuh perjalanan ke daerah Ampel di mana Air Terjun Semuncar terletak. Ini bukan kali pertama saya berkunjung. Kunjungan pertama beberapa bulan yang lalu cukup berkesan karena bentang alam yang indah juga jalur menantang yang jujur sering kali membuat saya ingin menyerah di tengah. Namun, perjalanan kedua kali ini memberi kesan begitu berbeda. Selain mental dan fisik yang lebih siap, cuaca yang lebih cerah, saya juga punya keyakinan kuat dalam hati bahwa perjalanan ini akan memberi begitu banyak cerita, makna, dan refleksi.
Kali ini kami memilih untuk menyediakan lebih banyak waktu untuk bersantai, makan indomie, ngopi dan bermain air di air terjun yang lebih kecil dan lebih sepi. Kenikmatan yang kemudian membuat hati saya terasa sangat hangat dan penuh. Jarang saya bisa menikmati alam sebagaimana adanya. Apa yang tersedia sekarang terlalu banyak dipoles untuk sesuatu yang fana. Kenyataan yang saya alami beberapa hari lalu membuat saya belajar untuk mencintai kenyataan lebih dalam lagi. To be present in reality is a form of self-love. Semenakutkan atau semenyenangkan kenyataan itu, semuanya harus dihadapi dengan hati yang ikhlas dan lapang. Itulah yang membuat langkah kita lebih pasti dan terasa jauh lebih ringan untuk dilalui. Doubts and fears are inevitable. Tinggal bagaimana kita mau mengolah itu semua menjadi semangat bagi kita untuk bergerak maju menuju kenyataan-kenyataan lainnya. Berhenti atau melangkah mundur hanya membawa kita pada posisi-posisi traumatis yang sudah pernah kita lalui sebelumnya. Hanya dengan melangkah maju kita bisa tau keindahan-keindahan yang tidak pernah kita tau sebelumnya.
Perjalanan lalu seolah menjadi miniatur hidup saya. Berbatu, licin, berbahaya, melelahkan, dan tidak pasti. Banyak kali saya mengeluh. Sering kali saya ingin berhenti. Pada akhirnya saya memilih untuk istirahat sejenak, mengumpulkan tenaga, hingga sampai juga di mata air yang menyegarkan dan menengkan.
Terima kasih semesta untuk kebaikan-kebaikan kemarin, hari ini, juga besok. Saya masih akan mengeluh, tapi saya tidak akan berhenti.